MAINAN ANAK CERDAS

Anak FUN, Bunda Kaya Informasi

LightBlog

Breaking

Monday, March 13, 2017

Tips Melakukan Negosiasi Dengan Anak

Tips Melakukan Negosiasi Dengan Anak
Tips Melakukan Negosiasi Dengan Anak
Tahukah bunda bahwa taktik negosiasi bisa diterapkan dalam menghadapi anak terutama ketika dia mulai menginjak masa pra-sekolah? Dengan negosiasi bunda bisa menciptakan batas, sekaligus memberikan ruang kebebasan sehingga anak akan merasa lebih happy. Lynne Griffin, penulis buku Negotiation Generation mengatakan bahwa negosiasi adalah usaha untuk menemukan jalan tengah atau membangun batasan tetapi juga membuat mereka tumbuh. Tidak ada yang mau jadi musuh di mata anak-anak kan? Nahh.. Berikut ini beberapa taktik negosiasi yang bisa bunda terapkan di rumah.

Jangan Berharap Harus Menang
Deborah Kolb, penulis buku Everyday Negotiation: Navigating the Hidden Agenda of Bargaining menjelaskan bahwa negosiasi bukanlah tentang win win. Tetap harus ada yang dikorbankan dari kedua pihak jika ingin mencapai kata sepakat. Terlebih lagi yang dihadapi adalah anak usia prasekolah, tidak akan ada kata sepakat tanpa ada perlawanan dan hujan pertanyaan dari mereka. Kesediaan mendengar dan menuruti (sedikit) kemauannya, tidak akan membuat bunda menjadi bunda penurut kok. Sebaliknya, itu berarti bunda adalah bunda yang cerdas.
Jadwalkan Sesi Khusus
Bunda.. Ketika negosiasi dilakukan dengan emosi, akan sangat mudah ditebak hasilnya yaitu menemui kegagalan. Dennis Cohen, pengacara di Suffolk County, Long Island, New York, AS, mengatakan bahwa kunci keberhasilannya dalam bernegosiasi adalah persiapan. Kumpulkan fakta sebanyak mungkin yang diperlukan maka ketika saat diskusi tiba bunda mempunyai segenap amunisi tentang kelemahan dan kekuatan pihaknya, sekaligus pihak lawan. Dengan begitu bunda bisa memiliki posisi terkuat. Oiyaa bunda.. negosiasi jam tidur dengan anak supaya tertib tidur pada pukul 20.00, bukanlah ketika jam menunjukkan pukul 19.59. Tetapi saat yang paling efektif adalah pada siang harinya. Dengan begitu, anak punya waktu untuk memproses emosinya. Bunda juga bisa menegaskan bahwa aturan itu berlaku setiap hari. Tentu saja tidak cukup dilakukan hanya sekali. Putar ulanglah seperti rekaman.
Berikan Alternatif
Cari tahu apa sebenarnya yang disukai anak. Dengan begitu anak akan merasa bunda mengakomodir keinginannya dan memegang kendali. Misalnya ketika menyuruh mandi katakan ‘Mandinya mau bawa mainan yang mana, gelas atau botol?’ Atau, ‘Mau makan pakai piring hijau atau piring merah?’ Tentukan pilihan sesuai dengan situasi dan kondisi di rumah supaya anak juga tak semena-mena memilih.
Hindari Kata ‘Jangan’
Hindari kalimat negatif yang mengandung kata “jangan!” Selain anak sedang anti dilarang, anak juga masih sulit menyimpulkan bentuk kalimat negatif. Jadi.. ketika bunda u=ingin mengatakan “Jangan lari”, sebaiknya ganti dengan mengatakan “Jalan”.
Biarkan Anak yang Memutuskan
Bunda.. ketika anak meminta hadiah yang tidak bunda approve misalnya. Daripada memberi jawaban dengan kalimat abstrak yang belum bisa dicerna anak seperti “Wah, kalau mainan yang itu kemahalan, sayang.” Akan lebih baik memberikan kesan seolah mainan yang ia minta adalah benda yang tak terjangkau bagi bunda seperti “Sayang, hari inibunda tidak punya uang sebanyak itu. Menurutmu, enaknya kita ngapain yaa?” Kemudian jika anak mengatakan ia ingin bermain air maka jawablah “Oke kamu boleh main air, tetapi habis itu, kita baca buku yuuk?”
Buka Telinga
Tahukah bunda?? Pada saat lebih banyak mendengar, di situlah kita sebenarnya membangun trust dan menurunkan pagar pembatas. Barry Elms menulis, “Jangan pernah memulai negosiasi dengan penawaran atau permintaan. Pertama-tama, bangunlah fakta dan perjelas posisi masing-masing pihak. Negosiator yang baik bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh orang lain dan mampu menawarkan solusinya.” Jadi.. Tawarkan “kamu maunya apa? Bermain dengan temannya, misalnya. Maka bunda bisa katakan “Besok kan masih bisa bermain lagi.” Kemudian ajak anak berpisah dengan saling berpelukan atau cium pipi, lalu jangan lupa tersenyum.

Selamat mencoba yaa bunda.. usia 1,5 sampai 4 tahun memang merupakan masa-masa anak mengembangkan autonomy, ingin mencoba segala sesuatu sesuai kehendaknya sendiri, maunya membatasi intervensi dari luar seperti aturan dan larangan. Anak jadi seolah susah diatur, apa yang dilarang malah dilakukan. Untuk itu, Yang kreatif dalam bernegosiasi yaa bunda. Jangan hanya terpaku pada satu cara..

No comments:

Post a Comment

Search This Blog

Featured Post

Pasir Kinetik Bandung, Mainan Anak Cerdas