Tips Melakukan Negosiasi Dengan Anak |
Tahukah bunda bahwa taktik
negosiasi bisa diterapkan dalam menghadapi anak terutama ketika dia mulai
menginjak masa pra-sekolah? Dengan negosiasi bunda bisa menciptakan batas,
sekaligus memberikan ruang kebebasan sehingga anak akan merasa lebih happy. Lynne Griffin, penulis buku Negotiation
Generation mengatakan bahwa negosiasi adalah usaha untuk menemukan jalan
tengah atau membangun batasan tetapi juga membuat mereka tumbuh. Tidak ada yang
mau jadi musuh di mata anak-anak kan? Nahh.. Berikut ini beberapa taktik
negosiasi yang bisa bunda terapkan di rumah.
Jangan Berharap Harus Menang
Deborah
Kolb, penulis buku Everyday
Negotiation: Navigating the Hidden Agenda of Bargaining menjelaskan bahwa
negosiasi bukanlah tentang win win. Tetap harus ada yang
dikorbankan dari kedua pihak jika ingin mencapai kata sepakat. Terlebih lagi
yang dihadapi adalah anak usia prasekolah, tidak akan ada kata sepakat tanpa
ada perlawanan dan hujan pertanyaan dari mereka. Kesediaan mendengar dan
menuruti (sedikit) kemauannya, tidak akan membuat bunda menjadi bunda penurut
kok. Sebaliknya, itu berarti bunda adalah bunda yang cerdas.
Jadwalkan Sesi Khusus
Bunda.. Ketika negosiasi
dilakukan dengan emosi, akan sangat mudah ditebak hasilnya yaitu menemui
kegagalan. Dennis
Cohen, pengacara di Suffolk County, Long Island, New York, AS, mengatakan
bahwa kunci keberhasilannya dalam bernegosiasi adalah persiapan. Kumpulkan
fakta sebanyak mungkin yang diperlukan maka ketika saat diskusi tiba bunda mempunyai
segenap amunisi tentang kelemahan dan kekuatan pihaknya, sekaligus pihak lawan.
Dengan begitu bunda bisa memiliki posisi terkuat. Oiyaa bunda.. negosiasi jam
tidur dengan anak supaya tertib tidur pada pukul 20.00, bukanlah ketika jam
menunjukkan pukul 19.59. Tetapi saat yang paling efektif adalah pada siang
harinya. Dengan begitu, anak punya waktu untuk memproses emosinya. Bunda juga
bisa menegaskan bahwa aturan itu berlaku setiap hari. Tentu saja tidak cukup
dilakukan hanya sekali. Putar ulanglah seperti rekaman.
Berikan Alternatif
Berikan Alternatif
Cari tahu apa sebenarnya
yang disukai anak. Dengan begitu anak akan merasa bunda mengakomodir
keinginannya dan memegang kendali. Misalnya ketika menyuruh mandi katakan ‘Mandinya
mau bawa mainan yang mana, gelas atau botol?’ Atau, ‘Mau makan pakai piring
hijau atau piring merah?’ Tentukan pilihan sesuai dengan situasi dan kondisi di
rumah supaya anak juga tak semena-mena memilih.
Hindari Kata ‘Jangan’
Hindari kalimat negatif yang
mengandung kata “jangan!” Selain anak sedang anti dilarang, anak juga masih
sulit menyimpulkan bentuk kalimat negatif. Jadi.. ketika bunda u=ingin
mengatakan “Jangan lari”, sebaiknya ganti dengan mengatakan “Jalan”.
Biarkan Anak yang Memutuskan
Bunda.. ketika anak meminta
hadiah yang tidak bunda approve
misalnya. Daripada memberi jawaban dengan kalimat abstrak yang belum bisa
dicerna anak seperti “Wah, kalau mainan yang itu kemahalan, sayang.” Akan lebih
baik memberikan kesan seolah mainan yang ia minta adalah benda yang tak
terjangkau bagi bunda seperti “Sayang, hari inibunda tidak punya uang sebanyak
itu. Menurutmu, enaknya kita ngapain yaa?”
Kemudian jika anak mengatakan ia ingin bermain air maka jawablah “Oke kamu
boleh main air, tetapi habis itu, kita baca buku yuuk?”
Buka Telinga
Tahukah bunda?? Pada saat
lebih banyak mendengar, di situlah kita sebenarnya membangun trust dan menurunkan pagar pembatas. Barry
Elms menulis, “Jangan pernah memulai negosiasi dengan penawaran atau
permintaan. Pertama-tama, bangunlah fakta dan perjelas posisi masing-masing
pihak. Negosiator yang baik bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh orang
lain dan mampu menawarkan solusinya.” Jadi.. Tawarkan “kamu maunya apa? Bermain
dengan temannya, misalnya. Maka bunda bisa katakan “Besok kan masih bisa
bermain lagi.” Kemudian ajak anak berpisah dengan saling berpelukan atau cium
pipi, lalu jangan lupa tersenyum.
Selamat mencoba yaa bunda.. usia
1,5 sampai 4 tahun memang merupakan masa-masa anak mengembangkan autonomy, ingin mencoba
segala sesuatu sesuai kehendaknya sendiri, maunya membatasi intervensi dari
luar seperti aturan dan larangan. Anak jadi seolah susah diatur, apa yang
dilarang malah dilakukan. Untuk itu, Yang kreatif dalam bernegosiasi yaa bunda.
Jangan hanya terpaku pada satu cara..
No comments:
Post a Comment