MAINAN ANAK CERDAS

Anak FUN, Bunda Kaya Informasi

LightBlog

Breaking

Thursday, March 9, 2017

Mengajarkan Empati Pada Anak

Mengajarkan Empati Pada Anak
Bunda.. Memang tidak ada yang salah dengan bersikap tegas maupun lunak pada anak-anak. Namun Laura Markham, Ph.D., penulis buku Peaceful Parent, Happy Kids: How To Stop Yelling and Start Connecting menemukan pendekatan pengasuhan yang amazing banget, yaitu PEACEFUL PARENTING (Mengedepankan cara-cara lembut dan penuh kesadaran). Pengasuhan ini juga menonjolkan solusi kooperatif dan lebih mengajak anak untuk berempati dalam menyadari kesalahannya dibanding menghukum sehingga kelak dia mampu memecahkan masalah yang dihadapi.

Melalui hubungan orang tua dengan anak yang didasari hubungan saling percaya, menghormati dan mencintai ini, diharapkan anak mampu mengembangkan keterampilan sosial, keterampilan hidup dan kemampuan berpikir kritisnya sehingga kelak menjadi sosok yang cakap, welas asih, mampu menyelesaikan konflik, bertanggung jawab, dan menghormati diri sendiri dan orang lain.
Bagaimana cara mengajarkannya?
Berdamai dengan diri sendiri
Atur emosi bunda. Setiap kali bunda merasa kesal atau marah lakukan ini: stop bicara, hentikan aktivitas, dan tarik napas.
Fokus pada interkoneksi
Mulailah fokus membangun bonding yang lebih baik. Karena tanpanya, anak akan selalu menguji kesabaran bunda dan menjadi tidak termotivasi memperbaiki perilakunya.
Jelaskan apa yang terjadi
Ketika anak sudah cooling down, jelaskan alasan bunda meminta anak menjalani konsekuensi atas perbuatannya. Jangan lupa tetap beri anak motivasi seperti mengatakan bahwa anak sudah bersikap lebih baik dari sebelumnya.
Ajak anak lebih kooperatif
Katakan pada anak bahwa bunda ingin semua orang bersama-sama membuat suasana menjadi lebih baik.
Win-win solutions
Jangan marah-marah dulu saat anak terlibat masalah, tawarkan solusi yang lebih baik. Misalnya, saat si sulung memarahi si adik karena memainkan mainan kesukaannya tanpa izin, katakan, “Bunda tahu kamu marah tapi jangan sampai memukul adik, ya. Yuk, kita cari saja tempat menyimpan yang aman agar adik tidak bisa mengambilnya sembarangan.”
Buat batasan
Semakin bunda fleksibel dalam menangani kesalahan anak, maka semakin baik kesan bunda di mata anak. Terapkan batasan dengan tetap mengindahkan sudut pandang anak. Saat dia menolak untuk cepat mandi dan berhenti bermain, coba katakan, “Kamu ingin terus main dan tidak berhenti sampai saatnya tidur. Yaa bunda yakin kalau kamu sudah besar, kamu main sepanjang malam setiap hari. Tapi sekarang mandi dulu ya.”
Bantu anak mengeluarkan emosi
Saat anak menerima konsekuensi, dia akan merasakan sebuah gelombang emosi yang diterjemahkan sebagai kemarahan. Saat itulah dia mulai berulah. Hal ini bukan tantangan pribadi bunda, namun dia hanya perlu mengeluarkan apa yang dirasakannya namun sulit diungkapkan dengan kata-kata. Bantu anak mengenali apa yang dirasakannya dan bagaimana mengungkapkannya dengan baik.
Beri rasa aman
Saat anak kesal, tetaplah tenang dan jangan terpancing untuk marah. Semakin bunda mampu menunjukkan sikap berempati dan sabar, semakin anak merasa aman sehingga dia mampu mengurai kekesalannya sendiri. Saat anak mampu mengekspresikan emosi pada bunda, semakin dia mampu menyembuhkan diri sendiri.
Jelaskan dengan cerita
Gunakan cerita untuk mempermudah anak memahami emosi. Misalnya, ceritakan bagaimana bunda dulu sering marah-marah karena tidak mengerti apa yang diinginkan anak. Tetapi sekarang bunda berusaha keras untuk menahan amarah sehingga dia tidak perlu takut mengatakan yang diinginkan. Oiya bunda, saat bercerita tetaplah kedepankan empati dan jangan menganalisis sehingga tidak berkesan menggurui.
Reparasi
Saat anak mengulangi kesalahan, bunda jangan buru buru merasa gagal. Ajarkan diri bunda sendiri untuk mereparasi konsekuensi pada anak. Ajak si kecil berdiskusi secara pribadi. Biarkan dia bercerita sesuai sudut pandangnya, dengarkan dan cobalah berempati. Setelah dia mampu melogika kekesalannya, beri beberapa penekanan hal yang kurang tepat tanpa menyalahkannya.
Role model memaafkan
Jangan pernah memaksa anak untuk meminta maaf setelah membuat kesalahan karema itu hanya akan membuatnya makin kesal atau benci pada orang lain. Akan lebih baik jika bunda memberi contoh meminta maaf pada orang lain, yang kelak ditiru oleh anak.

Selamat mencoba yaa bunda.. Jika bunda merasa masih melakukan kesalahan-kesalahan dalam pengasuhan, maafkan diri bunda. Karena parenting itu memang sulit apalagi saat
memulai bertransisi ke peaceful parenting. Namun lama kelamaan ini akan menjadi lebih mudah kok bunda. Percayalah!

No comments:

Post a Comment

Search This Blog

Featured Post

Pasir Kinetik Bandung, Mainan Anak Cerdas