Mengajarkan Empati Pada Anak |
Bunda.. Memang tidak ada
yang salah dengan bersikap tegas maupun lunak pada anak-anak. Namun Laura
Markham, Ph.D., penulis buku Peaceful
Parent, Happy Kids: How To Stop Yelling and Start Connecting menemukan
pendekatan pengasuhan yang amazing banget, yaitu PEACEFUL PARENTING
(Mengedepankan cara-cara lembut dan penuh kesadaran). Pengasuhan ini juga
menonjolkan solusi kooperatif dan lebih mengajak anak untuk berempati dalam
menyadari kesalahannya dibanding menghukum sehingga kelak dia mampu memecahkan
masalah yang dihadapi.
Melalui hubungan orang tua
dengan anak yang didasari hubungan saling percaya, menghormati dan mencintai
ini, diharapkan anak mampu mengembangkan keterampilan sosial, keterampilan
hidup dan kemampuan berpikir kritisnya sehingga kelak menjadi sosok yang cakap,
welas asih, mampu menyelesaikan konflik, bertanggung jawab, dan menghormati
diri sendiri dan orang lain.
Bagaimana cara mengajarkannya?
Berdamai dengan diri sendiri
Atur emosi bunda. Setiap
kali bunda merasa kesal atau marah lakukan ini: stop bicara, hentikan
aktivitas, dan tarik napas.
Fokus pada interkoneksi
Mulailah fokus membangun
bonding yang lebih baik. Karena tanpanya, anak akan selalu menguji kesabaran bunda
dan menjadi tidak termotivasi memperbaiki perilakunya.
Jelaskan apa yang terjadi
Ketika anak sudah cooling
down, jelaskan alasan bunda meminta anak menjalani konsekuensi atas
perbuatannya. Jangan lupa tetap beri anak motivasi seperti mengatakan bahwa anak
sudah bersikap lebih baik dari sebelumnya.
Ajak anak lebih kooperatif
Katakan pada anak bahwa bunda
ingin semua orang bersama-sama membuat suasana menjadi lebih baik.
Win-win solutions
Jangan marah-marah dulu saat
anak terlibat masalah, tawarkan solusi yang lebih baik. Misalnya, saat si
sulung memarahi si adik karena memainkan mainan kesukaannya tanpa izin,
katakan, “Bunda tahu kamu marah tapi jangan sampai memukul adik, ya. Yuk, kita
cari saja tempat menyimpan yang aman agar adik tidak bisa mengambilnya
sembarangan.”
Buat batasan
Buat batasan
Semakin bunda fleksibel
dalam menangani kesalahan anak, maka semakin baik kesan bunda di mata anak.
Terapkan batasan dengan tetap mengindahkan sudut pandang anak. Saat dia menolak
untuk cepat mandi dan berhenti bermain, coba katakan, “Kamu ingin terus main
dan tidak berhenti sampai saatnya tidur. Yaa bunda yakin kalau kamu sudah
besar, kamu main sepanjang malam setiap hari. Tapi sekarang mandi dulu ya.”
Bantu anak mengeluarkan emosi
Saat anak menerima
konsekuensi, dia akan merasakan sebuah gelombang emosi yang diterjemahkan
sebagai kemarahan. Saat itulah dia mulai berulah. Hal ini bukan tantangan
pribadi bunda, namun dia hanya perlu mengeluarkan apa yang dirasakannya namun
sulit diungkapkan dengan kata-kata. Bantu anak mengenali apa yang dirasakannya
dan bagaimana mengungkapkannya dengan baik.
Beri rasa aman
Saat anak kesal, tetaplah
tenang dan jangan terpancing untuk marah. Semakin bunda mampu menunjukkan sikap
berempati dan sabar, semakin anak merasa aman sehingga dia mampu mengurai
kekesalannya sendiri. Saat anak mampu mengekspresikan emosi pada bunda, semakin
dia mampu menyembuhkan diri sendiri.
Jelaskan dengan cerita
Gunakan cerita untuk
mempermudah anak memahami emosi. Misalnya, ceritakan bagaimana bunda dulu
sering marah-marah karena tidak mengerti apa yang diinginkan anak. Tetapi
sekarang bunda berusaha keras untuk menahan amarah sehingga dia tidak perlu
takut mengatakan yang diinginkan. Oiya bunda, saat bercerita tetaplah
kedepankan empati dan jangan menganalisis sehingga tidak berkesan menggurui.
Reparasi
Saat anak mengulangi
kesalahan, bunda jangan buru buru merasa gagal. Ajarkan diri bunda sendiri
untuk mereparasi konsekuensi pada anak. Ajak si kecil berdiskusi secara
pribadi. Biarkan dia bercerita sesuai sudut pandangnya, dengarkan dan cobalah
berempati. Setelah dia mampu melogika kekesalannya, beri beberapa penekanan hal
yang kurang tepat tanpa menyalahkannya.
Role model memaafkan
Jangan pernah memaksa anak
untuk meminta maaf setelah membuat kesalahan karema itu hanya akan membuatnya
makin kesal atau benci pada orang lain. Akan lebih baik jika bunda memberi
contoh meminta maaf pada orang lain, yang kelak ditiru oleh anak.
Selamat mencoba yaa bunda.. Jika bunda merasa masih
melakukan kesalahan-kesalahan dalam pengasuhan, maafkan diri bunda. Karena parenting
itu memang sulit apalagi saat
memulai bertransisi ke peaceful parenting. Namun lama kelamaan ini akan menjadi lebih mudah kok bunda. Percayalah!
memulai bertransisi ke peaceful parenting. Namun lama kelamaan ini akan menjadi lebih mudah kok bunda. Percayalah!
No comments:
Post a Comment