Pengaruh Televisi Terhadap Anak
|
Siapa
sih anak pada usia dini yang tidak suka melihat Televisi? Tentunya semua anak
menyukainya dan bahkan mereka punya acara-acara favorit pada jam-jam tertentu.
Sebenarnya pengaruh televisi terhadap anak bisa menjadi bagian dari masa kecil
yang positif selama digunakan dengan bijak. Misalnya, anak usia prasekolah
mendapat bantuan belajar mengenal alfabet dari televisi, belajar sebab akibat,
sopan santun karena memang saat ini banyak juga chanel yang menyajikan tayangan
untuk anak-anak. Meskipun demikian, terlalu banyak menonton televisi bisa
berakibat buruk. Berikut beberapa faktanya:
1.
Anak
yang secara konsisten menghabiskan lebih dari 4 jam setiap hari menonton televisi
lebih beresiko mengalami kelebihan berat badan.
2. Anak yang melihat tindakan kekerasan di TV lebih
mungkin menunjukkan perilaku agresif, dan merasa takut ada sesuatu yang buruk
akan terjadi pada mereka.
3.
Karakter
di TV sering menggambarkan perilaku negatif, seperti merokok dan minum alkohol.
Itu sebabnya, penting bagi orangtua untuk membatasi waktu anak menonton TV
dan membuat aturan untuk memastikan anak tidak menghabiskan waktu terlalu
banyak di depan TV.
Panduan
Menonton TV Untuk Anak
Panduan
berikut bisa membantu Anda membatasi waktu menonton TV anak:
1.
Bayi
dan batita hingga usia 18 bulan, tidak menonton televisi, kecuali menonton
video yang berisi keluarga dan teman.
2. Batita usia 18 hingga 24 bulan, boleh menonton TV
sebentar saja bersama orangtua atau pengasuh.
3.
Anak
usia prasekolah, tidak lebih dari 1 jam setiap hari menonton program edukasi,
bersama orangtua atau pengasuh yang bisa membantu mereka memahami apa yang
mereka tonton.
Perilaku
Buruk di Televisi
Televisi
penuh dengan konten yang mengandung perilaku beresiko seperti minum alkohol,
konsumsi obat terlarang dan seks bebas di usia dini. Penelitian telah
menunjukkan kalau anak remaja yang menyaksikan banyak konten seksual dari TV
lebih mungkin melakukan hubungan seks atau berpartisipasi dalam aktivitas
seksual lebih awal dibanding teman yang tidak menonton tontonan seksual. Meski
iklan rokok dilarang di TV, anak tetap masih bisa melihat banyak orang merokok
di acara TV. Ini membuat perilaku seperti merokok dan minum alkohol terlihat
bisa diterima dan memicu masalah kekerasan.
TV
dan Obesitas
Ahli
kesehatan telah lama menghubungkan waktu menonton TV dengan obesitas pada
anak.
Ketika anak menatap layar kaca, mereka menjadi tidak aktif dan cenderung makan
cemilan. Mereka juga dihadapkan oleh iklan yang mendorong mereka untuk
mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Penelitian telah menunjukkan kalau penurunan jumlah
jam menonton TV pada anak berpengaruh pada berkurangnya penambahan berat badan
dan menurunnya indeks massa tubuh.
Iklan
Produk di Televisi
Kebanyakan
anak di bawah usia 8 tahun tidak memahami kalau iklan digunakan untuk menjual
produk. Anak usia 6 tahun atau yang lebih kecil tidak bisa membedakan antara
acara TV dan iklan, terutama bila karakter favorit mereka mempromosikan sebuah
produk. Bahkan anak yang lebih besar perlu diingatkan tentang tujuan iklan. Memang hampir tidak
mungkin menghindari pengaruh iklan kecuali Anda mematikan televisi. Ketika anak
bertanya tentang produk yang diiklankan, jelaskan kalau iklan tersebut dibuat
untuk membuat orang membeli produk yang tidak mereka butuhkan. Dan iklan ini
membuat kita mengira produk tersebut akan membuat kita lebih bahagia. Ajarkan anak menjadi konsumen cerdas ya Bun dan coba
batasi paparan anak pada iklan TV dengan:
1. Merekam program televisi tanpa iklan.
2. Menghilangkan volume TV selama iklan untuk membahas
program acara yang sedang ditonton.
3. Membeli atau menyewa DVD favorit.
Bunda.. TV tidak sepenuhnya buruk,
lho. Sebagian menganggap menonton TV bisa bermanfaat selama tidak berlebihan
dan program yang ditonton telah diseleksi:
1. Beberapa acara TV bisa mengedukasi, memberi informasi,
dan menginspirasi. Televisi bisa lebih efektif dibanding buku atau rekaman
suara dalam mengajarkan sebuah proses pada anak seperti bagaimana menanam
tumbuhan atau memasak kue.
2. Penelitian menunjukkan kalau anak yang menonton acara
edukasi dan tidak ada kekerasan di dalamnya bisa lebih baik dalam tes membaca
dan matematika dibanding anak yang tidak menonton program ini.
3. Anak prasekolah yang menonton program informasi dan
edukasi cenderung menonton lebih banyak acara informasi dan edukasi ketika
bertambah besar. Mereka menggunakan TV secara efektif sebagai pelengkap
pelajaran sekolah. Sebaliknya, anak yang menonton lebih banyak program hiburan
akan lebih sedikit menonton program informasi ketika bertambah besar.
4. Anak usia prasekolah yang menonton program edukasi
cenderung lebih tinggi rankingnya, kurang agresif, dan lebih menghargai nilai
belajar ketika mencapai sekolah menengah, berdasarkan sebuah penelitian.
5. Menurut penelitian lain, anak mendapat efek
menenangkan dan hilang rasa sakit dengan menonton kartun. Jadi mungkin sedikit
hiburan dari TV bisa jadi sumber penyembuh bagi anak yang stres atau mengalami
rasa sakit.
Dari penjelasan di atas, Orangtua perlu memikirkan apa yang anak lakukan ketika tidak menonton TV. Akan baik bila alternatifnya berupa membaca buku, bermain di luar ruangan, atau ngobrol bersama orangtua. Tapi bila alternatifnya hanya dengan duduk diam dan tidak melakukan apapun, lalu anak merasa bosan atau mulai berkelahi dan menimbulkan konflik, maka membiarkan anak menonton TV jadi pilihan yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment