MAINAN ANAK CERDAS

Anak FUN, Bunda Kaya Informasi

LightBlog

Breaking

Friday, March 10, 2017

Penyebab dan Faktor Risiko Limfoma

Limfoma merupakan salah satu bentuk kanker yang berkembang dalam sistem limfatik, bagian dari tubuh yang bertanggung jawab untuk menangkal infeksi (sistem kekebalan tubuh). Sistem limfatik manusia terdiri dari jaringan kelenjar dan pembuluh yang mengangkut cairan bening yang berisi sel-sel darah putih untuk melawan infeksi (limfosit). Limfoma terjadi ketika limfosit mulai tumbuh dan berkembang biak tidak terkendali. Sel abnormal tersebut dapat menyebabkan jaringan limfa seseorang membesar dan menyebarkan sel kanker ke area tubuh bagian lain melalui limfosit yang terinfeksi. Limfoma merupakan satu dari tiga jenis kanker yang sering menyerang anak-anak selain leukimia dan tumor otak.

Limfoma adalah kanker yang muncul dalam sistem limfatik yang menghubungkan noda limfa atau kelenjar getah bening di seluruh tubuh. Sistem limfatik termasuk bagian penting dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Sel-sel darah putih limfosit dalam sistem limfatik akan membantu pembentukan antibodi tubuh untuk memerangi infeksi. Tetapi jika sel-sel limfosit B dalam sistem limfatik diserang kanker, sistem kekebalan tubuh penderita akan menurun sehingga rentan mengalami infeksi.
Ada dua jenis tipe dari limfoma, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Kedua tipe limfoma dibedakan dari bentuk kelenjar getah bening yang terinfeksi, jenis sel yang terserang, dan berbagai faktor lainnya. Limfoma non-Hodgkin lebih sering terjadi dibandingkan limfoma Hodgkin. Diperkirakan sekitar 8 dari 10 kasus limfoma merupakan jenis ini.

Limfoma Hodgkin
Juga dikenal dengan penyakit Hodgkin, penyakit ini sering menyerang anak-anak berusia 15 tahun maupun di atasnya. Anak-anak dengan penyakit ini biasanya memiliki sel-sel abnormal yang disebut sel Reed-Strenberg dalam kanker kelenjar getah bening mereka. Sel-sel ini dapat berkembang dari jenis limfosit yang dikenal sebagai sel B.
Subtipe yang lebih umum dari limfoma Hodgkin pada anak-anak dan orang dewasa termasuk juga:
Nodular sclerosis (NS) - Kelenjar getah bening yang mengandung jaringan parut (sklerosis), limfosit yang normal dan abnormal, dan sel Reed-Sternberg. Subtipe ini mempengaruhi 70 persen dari anak-anak yang memiliki limfoma hodgkin.
Mixed cellularity (MC) - Kelenjar getah bening mengandung sel-sel imun inflamasi dan sel Reed-Sternberg. Bentuk ini sering didiagnosis pada anak berusia 10 tahun.
Limfosit predominance (LP) - Limfosit abnormal dan Reed-Sternberg terkonsentrasi di dalam kanker kelenjar getah bening. subtipe ini juga sering ditemukan pada anak-anak usia muda.Sampai sekarang belum diketahui pasti apa penyebab limfoma Hodgkin. Namun, virus Epstein-Barr (EBV), yang terlibat dalam mononucleosis, tampaknya berperan dalam pengembangan limfoma Hodgkin di hampir setengah dari anak-anak yang terkena penyakit ini.
Limfoma Non-Hodgkin - Lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, kebanyakan limfoma non-Hodgkin sangat agresif dan cepat tumbuh. Berdasarkan dari perilaku tumor ini, subtipe limfoma non-Hodgkin yang berkembang pada anak-anak berbeda dari yang berkembang pada orang dewasa.

Penyebab dan Faktor Risiko Limfoma
Limfoma terjadi karena adanya perubahan atau mutasi pada DNA sel-sel limfosit sehingga pertumbuhannya menjadi tidak terkendali. Penyebab di balik mutasi tersebut belum diketahui secara pasti. Tetapi ada beberapa hal yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena limfoma. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
-       Usia. Sebagian besar limfoma Hodgkin terjadi pada pengidap yang berusia 15-30 tahun dan lansia di atas 55 tahun. Sedangkan risiko limfoma non-Hodgkin akan meningkat seiring usia, khususnya lansia berusia di atas 60 tahun.
-       Faktor keturunan. Risiko anak untuk terkena limfoma akan meningkat jika ayah dan bunda atau anggota keluarga kandung yang lain menderita jenis kanker yang sama.
-       Pernah tertular virus Epstein-Barr atau EBV. Virus ini menyebabkan demam kelenjar. Anak yang pernah mengalami demam kelenjar lebih berisiko mengalami limfoma Hodgkin.
-       Sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena mengidap HIV atau menggunakan obat imunosupresan.
-       Jenis kelamin. Limfoma lebih sering menyerang pria dibandingkan dengan wanita.

Gejala limfoma
Gejala yang paling umum dari limfoma adalah pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan, yang biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Gejala lain yang sering ditimbulkan penyakit ini meliputi:
-       Selalu merasa lelah.
-       Demam yang tidak jelas.
-       Berkeringat berat di malam hari.
-       Kehilangan nafsu makan atau berat badan secara tiba-tiba.
-       Batuk atau kesulitan bernapas.
-       Sering mengalami infeksi atau infeksi yang sulit sembuh.
-       Gatal-gatal di seluruh tubuh.
-       Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
-       Pembengkakan pada perut.
-       Sakit perut.
-       Batuk yang tidak kunjung sembuh.
-       Gangguan pernapasan.
-       Sakit dada.

Cara mengobati limfoma
Pengobatan yang biasa dilakukan pada limfoma, baik itu Hodgkin atau non-Hodgkin adalah kemoterapi. Perawatan akan disesuaikan dengan jenis dan stadium limfoma itu sendiri. Pengobatan akan dilakukan secara intens dan menyebabkan efek samping yang serius, sehingga sangat penting untuk para orang tua memberikan yang terbaik dan selalu berada disisi anak-anak mereka selama masa pengobatan. Meski dalam tahap uji klinis, penggunaan transplantasi stem cell telah ditemukan untuk mengobati informa pada remaja.

Cara mencegah kesalahan diagnosis limfoma
Pembengkakan  kelenjar getah bening tidak selalu berarti limfoma. Pembesaran kelenjar getah bening pada anak-anak dengan limfoma tidak menyerupai kelenjar bengkak yang terjadi pada anak yang mengalami infeksi tenggorokan yang melibatkan kelnjar getah bening. Jika kelenjar getah bening pada anak tiba-tiba membesar dan terjadi dalam jangka waktu yang lama, segera konsultasi dengan dokter anak. Mereka mungkin diresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi sebelum melakukan evaluasi yang lebih luas, tetapi jika kelenjar getah bening membesar dan tetap terus tumbuh, tindakan lebih lanjut sangat diperlukan.
Dokter mungkin perlu untuk mengangkat sel kelenjar getah bening atau jaringan untuk memeriksa tanda-tanda atau kondisi yang lebih serius, seperti limfoma. Hal ini dapat dicapai dengan menghapus sel-sel melalui prosedur aspirasi jarum halus di bawah anestesi lokal, yang dapat menuju pada diagnosis limfoma. Jika diagnosis tidak diperoleh dengan menggunakan metode ini, ahli bedah dapat melakukan prosedur biopsi yang lebih luas untuk menghilangkan jaringan kelenjar getah bening. Segeralah temui dokter jika ayah atau bunda merasakan gejala-gejala tersebut dialami oleh anak. Meski memiliki benjolan, bukan berarti anak pasti menderita limfoma, tapi disarankan untuk tetap melakukan pemeriksaan sedini mungkin.

Langkah Pengobatan Limfoma
Pengobatan limfoma bisa tidak sama bagi tiap anak. Dokter akan menentukan langkah yang terbaik berdasarkan kondisi kesehatan, jenis, dan stadium limfoma. Khusus untuk limfoma non-Hodgkin, tidak semuanya membutuhkan penanganan medis secepatnya. Jika kanker yang diderita termasuk jenis yang lambat berkembang, dokter mungkin akan menyarankan untuk menunggu dan melihat perkembangannya terlebih dulu. Bahkan ada limfoma non-Hodgkin stadium dini dengan ukuran kecil yang dapat diatasi melalui prosedur pengangkatan pada saat biopsi sehingga anak tidak membutuhkan penanganan lebih lanjut. Jika limfoma anak membutuhkan pengobatan, langkah utama dalam menanganinya adalah kemoterapi. Kemoterapi dapat diberikan melalui infus atau obat minum. Jenis yang diberikan oleh dokter tergantung pada stadium kanker yang diderita. Terapi ini juga terkadang dikombinasikan dengan:
1.      Radioterapi,
2.      Obat-obatan steroid,
3.      Terapi biologis, contohnya obat rituximab. Obat ini akan menempelkan diri pada sel-sel kanker lalu merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerang dan membunuhnya,
4.      Transplantasi sumsum tulang. Langkah ini dibutuhkan bagi penderita limfoma yang mengalami kerusakan sumsum tulang akibat kemoterapi dosis tinggi.

Di samping manfaat dan keefektifannya, langkah-langkah tersebut juga memiliki efek samping. Beberapa efek samping yang umumnya berpotensi dialami oleh penderita meliputi kelelahan, diare, mual, serta muntah. Selain itu, penurunan sistem kekebalan tubuh, risiko ketidaksuburan, potensi munculnya kanker lain juga merupakan komplikasi efek samping dari pengobatannya. Risiko terjadinya penyakit lain juga mungkin bisa meningkat, contohnya penyakit jantung, ginjal, diabetes, serta katarak.

No comments:

Post a Comment

Search This Blog

Featured Post

Pasir Kinetik Bandung, Mainan Anak Cerdas