Limfoma merupakan
salah satu bentuk kanker yang berkembang dalam sistem limfatik, bagian dari
tubuh yang bertanggung jawab untuk menangkal infeksi (sistem kekebalan tubuh).
Sistem limfatik manusia terdiri dari jaringan kelenjar dan pembuluh yang
mengangkut cairan bening yang berisi sel-sel darah putih untuk melawan infeksi
(limfosit). Limfoma terjadi ketika limfosit mulai tumbuh dan berkembang biak
tidak terkendali. Sel abnormal tersebut dapat menyebabkan jaringan limfa
seseorang membesar dan menyebarkan sel kanker ke area tubuh bagian lain melalui
limfosit yang terinfeksi. Limfoma merupakan satu dari tiga jenis kanker yang
sering menyerang anak-anak selain leukimia dan tumor otak.
Limfoma
adalah kanker yang muncul dalam sistem limfatik yang menghubungkan noda limfa
atau kelenjar getah bening di seluruh tubuh. Sistem limfatik termasuk bagian
penting dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Sel-sel darah putih limfosit dalam sistem limfatik akan
membantu pembentukan antibodi tubuh untuk memerangi infeksi. Tetapi jika
sel-sel limfosit B dalam sistem limfatik diserang kanker, sistem kekebalan
tubuh penderita akan menurun sehingga rentan mengalami infeksi.
Ada dua jenis tipe
dari limfoma, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Kedua tipe limfoma
dibedakan dari bentuk kelenjar getah bening yang terinfeksi, jenis sel yang
terserang, dan berbagai faktor lainnya. Limfoma non-Hodgkin lebih sering
terjadi dibandingkan limfoma Hodgkin. Diperkirakan sekitar 8 dari 10 kasus
limfoma merupakan jenis ini.
Limfoma Hodgkin
Juga dikenal
dengan penyakit Hodgkin, penyakit ini sering menyerang anak-anak berusia 15
tahun maupun di atasnya. Anak-anak dengan penyakit ini biasanya memiliki
sel-sel abnormal yang disebut sel Reed-Strenberg dalam kanker kelenjar getah
bening mereka. Sel-sel ini dapat berkembang dari jenis limfosit yang dikenal
sebagai sel B.
Subtipe yang lebih
umum dari limfoma Hodgkin pada anak-anak dan orang dewasa termasuk juga:
Nodular sclerosis
(NS) -
Kelenjar getah bening yang mengandung jaringan parut (sklerosis), limfosit yang
normal dan abnormal, dan sel Reed-Sternberg. Subtipe ini mempengaruhi 70 persen
dari anak-anak yang memiliki limfoma hodgkin.
Mixed cellularity
(MC) -
Kelenjar getah bening mengandung sel-sel imun inflamasi dan sel Reed-Sternberg.
Bentuk ini sering didiagnosis pada anak berusia 10 tahun.
Limfosit
predominance (LP) - Limfosit abnormal dan Reed-Sternberg terkonsentrasi di dalam kanker
kelenjar getah bening. subtipe ini juga sering ditemukan pada anak-anak usia
muda.Sampai sekarang belum diketahui pasti apa penyebab limfoma Hodgkin. Namun,
virus Epstein-Barr (EBV), yang terlibat dalam mononucleosis, tampaknya berperan
dalam pengembangan limfoma Hodgkin di hampir setengah dari anak-anak yang
terkena penyakit ini.
Limfoma Non-Hodgkin - Lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, kebanyakan limfoma
non-Hodgkin sangat agresif dan cepat tumbuh. Berdasarkan dari perilaku tumor
ini, subtipe limfoma non-Hodgkin yang berkembang pada anak-anak berbeda dari
yang berkembang pada orang dewasa.
Penyebab dan Faktor Risiko Limfoma
Limfoma terjadi karena
adanya perubahan atau mutasi pada DNA sel-sel limfosit sehingga pertumbuhannya
menjadi tidak terkendali. Penyebab di balik mutasi tersebut belum diketahui
secara pasti. Tetapi ada beberapa hal yang diduga dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk terkena limfoma. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
-
Usia.
Sebagian besar limfoma Hodgkin terjadi pada pengidap yang berusia 15-30 tahun
dan lansia di atas 55 tahun. Sedangkan risiko limfoma non-Hodgkin akan
meningkat seiring usia, khususnya lansia berusia di atas 60 tahun.
-
Faktor
keturunan. Risiko anak untuk terkena limfoma akan meningkat jika ayah dan bunda
atau anggota keluarga kandung yang lain menderita jenis kanker yang sama.
-
Pernah
tertular virus Epstein-Barr atau EBV. Virus ini menyebabkan demam kelenjar. Anak
yang pernah mengalami demam kelenjar lebih berisiko mengalami limfoma Hodgkin.
-
Sistem
kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena mengidap HIV atau menggunakan obat
imunosupresan.
-
Jenis
kelamin. Limfoma lebih sering menyerang pria dibandingkan dengan wanita.
Gejala limfoma
Gejala yang paling umum dari limfoma adalah pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan, yang biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Gejala lain yang sering ditimbulkan penyakit ini meliputi:
Gejala yang paling umum dari limfoma adalah pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan, yang biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Gejala lain yang sering ditimbulkan penyakit ini meliputi:
-
Selalu merasa lelah.
-
Demam yang tidak jelas.
-
Berkeringat berat di malam hari.
-
Kehilangan nafsu makan atau berat badan secara tiba-tiba.
-
Batuk atau kesulitan bernapas.
-
Sering mengalami infeksi atau infeksi yang sulit sembuh.
-
Gatal-gatal di seluruh tubuh.
-
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
-
Pembengkakan pada perut.
-
Sakit perut.
-
Batuk yang tidak kunjung sembuh.
-
Gangguan pernapasan.
-
Sakit dada.
Cara mengobati limfoma
Pengobatan yang biasa dilakukan pada limfoma, baik itu Hodgkin atau non-Hodgkin adalah kemoterapi. Perawatan akan disesuaikan dengan jenis dan stadium limfoma itu sendiri. Pengobatan akan dilakukan secara intens dan menyebabkan efek samping yang serius, sehingga sangat penting untuk para orang tua memberikan yang terbaik dan selalu berada disisi anak-anak mereka selama masa pengobatan. Meski dalam tahap uji klinis, penggunaan transplantasi stem cell telah ditemukan untuk mengobati informa pada remaja.
Pengobatan yang biasa dilakukan pada limfoma, baik itu Hodgkin atau non-Hodgkin adalah kemoterapi. Perawatan akan disesuaikan dengan jenis dan stadium limfoma itu sendiri. Pengobatan akan dilakukan secara intens dan menyebabkan efek samping yang serius, sehingga sangat penting untuk para orang tua memberikan yang terbaik dan selalu berada disisi anak-anak mereka selama masa pengobatan. Meski dalam tahap uji klinis, penggunaan transplantasi stem cell telah ditemukan untuk mengobati informa pada remaja.
Cara mencegah
kesalahan diagnosis limfoma
Pembengkakan
kelenjar getah bening tidak selalu berarti limfoma. Pembesaran kelenjar getah
bening pada anak-anak dengan limfoma tidak menyerupai kelenjar bengkak yang
terjadi pada anak yang mengalami infeksi tenggorokan yang melibatkan kelnjar
getah bening.
Jika
kelenjar getah bening pada anak tiba-tiba membesar dan terjadi dalam jangka
waktu yang lama, segera konsultasi dengan dokter anak. Mereka mungkin
diresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi sebelum melakukan evaluasi yang
lebih luas, tetapi jika kelenjar getah bening membesar dan tetap terus tumbuh,
tindakan lebih lanjut sangat diperlukan.
Dokter mungkin
perlu untuk mengangkat sel kelenjar getah bening atau jaringan untuk memeriksa
tanda-tanda atau kondisi yang lebih serius, seperti limfoma. Hal ini dapat
dicapai dengan menghapus sel-sel melalui prosedur aspirasi jarum halus di bawah
anestesi lokal, yang dapat menuju pada diagnosis limfoma. Jika diagnosis tidak
diperoleh dengan menggunakan metode ini, ahli bedah dapat melakukan prosedur
biopsi yang lebih luas untuk menghilangkan jaringan kelenjar getah bening. Segeralah
temui dokter jika ayah atau bunda merasakan gejala-gejala tersebut dialami oleh
anak. Meski memiliki benjolan, bukan berarti anak pasti menderita limfoma, tapi
disarankan untuk tetap melakukan pemeriksaan sedini mungkin.
Langkah Pengobatan Limfoma
Pengobatan limfoma bisa
tidak sama bagi tiap anak. Dokter akan menentukan langkah yang terbaik berdasarkan
kondisi kesehatan, jenis, dan stadium limfoma. Khusus untuk limfoma
non-Hodgkin, tidak semuanya membutuhkan penanganan medis secepatnya. Jika
kanker yang diderita termasuk jenis yang lambat berkembang, dokter mungkin akan
menyarankan untuk menunggu dan melihat perkembangannya terlebih dulu. Bahkan
ada limfoma non-Hodgkin stadium dini dengan ukuran kecil yang dapat diatasi
melalui prosedur pengangkatan pada saat biopsi sehingga anak tidak membutuhkan
penanganan lebih lanjut. Jika limfoma anak membutuhkan pengobatan, langkah
utama dalam menanganinya adalah kemoterapi. Kemoterapi dapat diberikan melalui
infus atau obat minum. Jenis yang diberikan oleh dokter tergantung pada stadium
kanker yang diderita. Terapi ini juga terkadang dikombinasikan dengan:
1. Radioterapi,
2. Obat-obatan steroid,
3. Terapi biologis, contohnya obat
rituximab. Obat ini akan menempelkan diri pada sel-sel kanker lalu merangsang
sistem kekebalan tubuh untuk menyerang dan membunuhnya,
4. Transplantasi sumsum tulang. Langkah
ini dibutuhkan bagi penderita limfoma yang mengalami kerusakan sumsum tulang
akibat kemoterapi dosis tinggi.
Di
samping manfaat dan keefektifannya, langkah-langkah tersebut juga memiliki efek
samping. Beberapa efek samping yang umumnya berpotensi dialami oleh penderita
meliputi kelelahan, diare, mual, serta muntah. Selain itu, penurunan sistem
kekebalan tubuh, risiko ketidaksuburan, potensi munculnya kanker lain juga
merupakan komplikasi efek samping dari pengobatannya. Risiko terjadinya
penyakit lain juga mungkin bisa meningkat, contohnya penyakit jantung, ginjal,
diabetes, serta katarak.
No comments:
Post a Comment