AMANKAH ANTIBIOTIK
UNTUK BAYI?
AMANKAH ANTIBIOTIK UNTUK BAYI |
Antibiotik, apakah jadi salah satu bentuk kemajuan di dunia kedokteran atau
bahaya yang bisa memperburuk kondisi anak? Jawabannya ada diantara keduanya.
Bila Anda orangtua dari anak yang menderita infeksi bakteri, pemberian antibiotik
tentu sangat bermanfaat. Melihat si kecil akhirnya tertidur setelah
terjaga selama 3 malam dengan kondisi yang rewel dan demam akan membuat Anda
sangat menghargai antibiotik. Bahkan Anda tergoda untuk ke dokter dan langsung
meminta resep antibiotik tiap kali anak jatuh sakit. Hati-hati Bun, efek
samping dan resistensi bakteri bisa menjadikan antibiotik pisau bermata dua.
Pahami fakta tentang antibiotik agar Anda tidak keliru menggunakan obat ini.
Antibiotik adalah obat yang membunuh bakteri atau mencegah bakteri
berkembang-biak. Antibiotik hanya bekerja melawan bakteri, bukan virus yang
menyebabkan sakit tenggorokan, infeksi sinus, dan bronkitis. Kadang dokter bisa
memberitahu kalau anak Anda mengalami infeksi bakteri hanya dengan memeriksa
fisiknya, tapi di lain waktu diagnosa membutuhkan analisa kultur. Tidak bisa
dipastikan apakah anak mengalami infeksi bakteri atau infeksi virus meski ia
mengalami demam, lendir berwarna, atau sakit selama lebih dari satu minggu.
Gejala ini tidak cukup untuk menjadi alasan pemberian antibiotik. Antibiotik
bekerja dengan cepat pada infeksi bakteri, gejala biasanya membaik dalam 24
hingga 48 jam setelah mulai minum obat. Sering kali anak benar-benar membaik
segera setelah mulai minum antibiotik. Untuk membasmi infeksi bakteri hingga
punah, anak harus tuntas minum seluruh obat yang diresepkan, berhenti sebelum
obat habis bisa membuatnya jatuh sakit lagi.
Kapan bayi
butuh antibiotik?
Ketika bayi sakit, dokter biasanya memberi antibiotik untuk membuatnya
merasa lebih baik. Resep obat ini memang sangat efektif untuk membunuh bakteri.
Tapi bergantung pada gejala dan penyakit bayi, bisa jadi antibiotik bukan
pilihan yang tepat. Antibiotik hanya efektif melawan bakteri, yang berarti
antibiotik tidak bisa melawan penyakit virus seperti flu dan demam. Bayi hanya
membutuhkan antibiotik jika menderita beberapa penyakit berikut:
1. Pneumonia
Sulit untuk menentukan apakah penyebab infeksi paru-paru ini adalah virus
atau bakteri. Gejala pneumonia biasanya berawal dari demam, batuk, nafas
pendek, dan atau muntah. Karena bayi memiliki resiko lebih tinggi mengalami
komplikasi dari pneumonia, termasuk kematian, dokter anak sering meresepkan
antibiotik seperti amoxicillin, ampicillin, dan penicillin, meski tidak positif
infeksi bakteri.
2. Demam tinggi
Demam mengindikasikan sistem kekebalan tubuh yang sedang melawan bakteri.
Seharusnya ini pertanda bagus, tapi suhu yang naik terlalu tinggi (38 derajat
celcius untuk bayi kurang dari 3 bulan, atau 39 derajat celcius untuk usia 3
hingga 12 bulan) bisa menandakan infeksi bakteri yang serius. Bila ini terjadi,
bisa diberikan antibiotik seperti ampicillin atau cefotaxime atau keduanya.
3. Pertussis (batuk rejan)
Antibiotik paling efektif bila diberikan pada minggu pertama atau kedua
sejak munculnya penyakit pernafasan ini, yakni ketika gejala awalnya berupa
batuk ringan atau demam, sebelum dimulainya batuk rejan. Azithromycin biasanya
jadi pilihan pertama dalam mengatasi pertussis, pilihan lain bisa
clarithromycin dan erythromycin.
4. Infeksi saluran kemih
Infeksi ini terjadi ketika bakteri masuk ke kandung kemih atau ginjal.
Demam biasanya menjadi tanda satu-satunya dari infeksi saluran kemih pada bayi,
tapi gejala lain bisa berupa rewel, muntah, atau diare. Kultur urin akan
mengkonfirmasi diagnosa dan mengidentifikasi bakteri mana yang menyebabkan
infeksi. Ini membantu dokter memilih antibiotik terbaik untuk membasmi bakteri
yang spesifik.
5. Infeksi telinga
Bila anak mengalami infeksi telinga, dokter bisa menunggu 7 hinga 14 hari
untuk melihat apakah penyakit hilang tanpa pemberian obat. Tapi penanganan yang
dilakukan bisa berbeda pada bayi. Bayi tidak bisa memberitahu seberapa sakit
yang ia rasakan, atau bila sakitnya bertambah parah, ini menjadi alasan dokter
meresepkan obat seperti amoxicillin. Tanda bayi mengalami infeksi telinga bisa
berupa menarik-narik telinga, rewel berlebihan atau menangis, sulit tidur, dan
demam tinggi.
Efek samping
antibiotik
Seperti semua obat, antibiotik bisa menyebabkan efek samping atau masalah
kesehatan lain seperti:
1.
Reaksi
alergi
Hanya sekitar 5 dari 100 anak mengalami alergi terhadap antibiotik.
Kebanyakan mengalami kemerahan dan bengkak di kulit. Ruam yang muncul tidak
terlalu parah dan lebih disebabkan oleh infeksi virus, bukan karena respon
obat. Tapi beritahu dokter ya Bun bila bayi mengalami ruam saat minum
antibiotik. Mengatasi ruam dengan obat alergi biasanya tidak perlu dilakukan. Sektiar 1 dari 10 anak mengalami efek samping dari
minum antibiotik. Yang paling umum adalah diare, mual, dan sakit perut. Selain
menyerang bakteri jahat, antibiotik juga membunuh bakteri sehat di usus. Ini
bisa memicu gangguan perut atau diare.
2.
Resistensi
antibiotik
Ketika semakin banyak antibiotik yang digunakan, obat tertentu menjadi
kurang efektif untuk membunuh bakteri spesifik. Kondisi ini dikenal dengan
resistensi antibiotik, dan yang menjadi alasan mengapa dokter lebih hati-hati
dalam meresepkan antibiotik.
Seberapa
cepat antibiotik bekerja?
Kebanyakan anak sudah merasa lebih baik dalam 48 hingga 72 jam setelah
pengobatan, tapi penting untuk memberi obat sesuai waktu yang diresepkan meski
anak terlihat membaik. Menghentikan pemberian obat lebih awal bisa menyebabkan
infeksi kembali datang. Bila ini terjadi, dokter perlu meresepkan antibiotik
yang lebih kuat karena bakteri telah kebal dari obat pertama dan lebih sulit
dibasmi.
Cara
menghindari penggunaan antibiotik yang berlebihan
Mengontrol penggunaan antibiotik bukan hanya tugas dokter, tapi tugas
orangtua juga ya Bun. Berikut cara Anda bisa menghindari resistensi antibiotik
pada anak:
1.
Pahami
kalau antibiotik bukan selalu obat untuk penyakit yang diderita anak. Seberapapun
Anda ingin si kecil bebas dari rasa sakit, tolak keinginan untuk meminta
dokter meresepkan antibiotik setiap kali anak mengalami sakit tenggorokan atau
batuk.
2.
Menunggu. Bila
anak terkena virus, sering kali menunggu jadi obat terbaik. Tanyakan ke dokter
apakah pereda rasa sakit bisa membantu meredakan gejala yang muncul.
3.
Bicara. Bila
dokter menyarankan antibiotik, tanyakan apakah benar-benar perlu. Pastikan anak
memiliki penyakit akibat bakteri yang bisa diatasi bila antibiotik diberikan.
4.
Ikuti
instruksi. Bila si kecil butuh antibiotik, ikuti arahan
yang diberikan agar obat bisa membunuh infeksi secepat mungkin. Dan selalu
habiskan obat meski anak terlihat sudah membaik di pertengahan pemberian obat.
Bila berhenti, bakteri jahat masih tetap hidup, membuat anak kembali sakit, dan
membutuhkan antibiotik yang lebih kuat.
5.
Selalu
gunakan resep baru tiap kali anak sakit. Bila ada antibiotik lama dari
penyakit sebelumnya, jangan berikan pada anak. Hanya berikan satu antibiotik
yang dokter resepkan untuknya.
6.
Beri anak imunisasi. Beberapa
infeksi bakteri yang sangat menular dan berbahaya bisa dicegah dengan vaksin,
termasuk pertussis dan penyakit pneumonia. Anda juga perlu divaksin. Bila
hamil, pastikan Anda menerima vaksin untuk memberi perlindungan pada janin.
Bila orangtua divaksin, penelitian menunjukkan bayi kurang beresiko mengalami
infeksi batuk rejan.
No comments:
Post a Comment