MAINAN ANAK CERDAS

Anak FUN, Bunda Kaya Informasi

LightBlog

Breaking

Friday, March 31, 2017

AMANKAH ANTIBIOTIK UNTUK BAYI?

AMANKAH ANTIBIOTIK UNTUK BAYI?
AMANKAH ANTIBIOTIK UNTUK BAYI

Antibiotik, apakah jadi salah satu bentuk kemajuan di dunia kedokteran atau bahaya yang bisa memperburuk kondisi anak? Jawabannya ada diantara keduanya. Bila Anda orangtua dari anak yang menderita infeksi bakteri, pemberian antibiotik tentu sangat bermanfaat.  Melihat si kecil akhirnya tertidur setelah terjaga selama 3 malam dengan kondisi yang rewel dan demam akan membuat Anda sangat menghargai antibiotik. Bahkan Anda tergoda untuk ke dokter dan langsung meminta resep antibiotik tiap kali anak jatuh sakit. Hati-hati Bun, efek samping dan resistensi bakteri bisa menjadikan antibiotik pisau bermata dua. Pahami fakta tentang antibiotik agar Anda tidak keliru menggunakan obat ini.

Antibiotik adalah obat yang membunuh bakteri atau mencegah bakteri berkembang-biak. Antibiotik hanya bekerja melawan bakteri, bukan virus yang menyebabkan sakit tenggorokan, infeksi sinus, dan bronkitis. Kadang dokter bisa memberitahu kalau anak Anda mengalami infeksi bakteri hanya dengan memeriksa fisiknya, tapi di lain waktu diagnosa membutuhkan analisa kultur. Tidak bisa dipastikan apakah anak mengalami infeksi bakteri atau infeksi virus meski ia mengalami demam, lendir berwarna, atau sakit selama lebih dari satu minggu. Gejala ini tidak cukup untuk menjadi alasan pemberian antibiotik. Antibiotik bekerja dengan cepat pada infeksi bakteri, gejala biasanya membaik dalam 24 hingga 48 jam setelah mulai minum obat. Sering kali anak benar-benar membaik segera setelah mulai minum antibiotik. Untuk membasmi infeksi bakteri hingga punah, anak harus tuntas minum seluruh obat yang diresepkan, berhenti sebelum obat habis bisa membuatnya jatuh sakit lagi. 
Kapan bayi butuh antibiotik?
Ketika bayi sakit, dokter biasanya memberi antibiotik untuk membuatnya merasa lebih baik. Resep obat ini memang sangat efektif untuk membunuh bakteri. Tapi bergantung pada gejala dan penyakit bayi, bisa jadi antibiotik bukan pilihan yang tepat. Antibiotik hanya efektif melawan bakteri, yang berarti antibiotik tidak bisa melawan penyakit virus seperti flu dan demam. Bayi hanya membutuhkan antibiotik jika menderita beberapa penyakit berikut:
1. Pneumonia
Sulit untuk menentukan apakah penyebab infeksi paru-paru ini adalah virus atau bakteri. Gejala pneumonia biasanya berawal dari demam, batuk, nafas pendek, dan atau muntah. Karena bayi memiliki resiko lebih tinggi mengalami komplikasi dari pneumonia, termasuk kematian, dokter anak sering meresepkan antibiotik seperti amoxicillin, ampicillin, dan penicillin, meski tidak positif infeksi bakteri.
2. Demam tinggi
Demam mengindikasikan sistem kekebalan tubuh yang sedang melawan bakteri. Seharusnya ini pertanda bagus, tapi suhu yang naik terlalu tinggi (38 derajat celcius untuk bayi kurang dari 3 bulan, atau 39 derajat celcius untuk usia 3 hingga 12 bulan) bisa menandakan infeksi bakteri yang serius. Bila ini terjadi, bisa diberikan antibiotik seperti ampicillin atau cefotaxime atau keduanya.
3. Pertussis (batuk rejan)
Antibiotik paling efektif bila diberikan pada minggu pertama atau kedua sejak munculnya penyakit pernafasan ini, yakni ketika gejala awalnya berupa batuk ringan atau demam, sebelum dimulainya batuk rejan. Azithromycin biasanya jadi pilihan pertama dalam mengatasi pertussis, pilihan lain bisa clarithromycin dan erythromycin.
4. Infeksi saluran kemih
Infeksi ini terjadi ketika bakteri masuk ke kandung kemih atau ginjal. Demam biasanya menjadi tanda satu-satunya dari infeksi saluran kemih pada bayi, tapi gejala lain bisa berupa rewel, muntah, atau diare. Kultur urin akan mengkonfirmasi diagnosa dan mengidentifikasi bakteri mana yang menyebabkan infeksi. Ini membantu dokter memilih antibiotik terbaik untuk membasmi bakteri yang spesifik.
5. Infeksi telinga
Bila anak mengalami infeksi telinga, dokter bisa menunggu 7 hinga 14 hari untuk melihat apakah penyakit hilang tanpa pemberian obat. Tapi penanganan yang dilakukan bisa berbeda pada bayi. Bayi tidak bisa memberitahu seberapa sakit yang ia rasakan, atau bila sakitnya bertambah parah, ini menjadi alasan dokter meresepkan obat seperti amoxicillin. Tanda bayi mengalami infeksi telinga bisa berupa menarik-narik telinga, rewel berlebihan atau menangis, sulit tidur, dan demam tinggi.

Efek samping antibiotik
Seperti semua obat, antibiotik bisa menyebabkan efek samping atau masalah kesehatan lain seperti:
1.      Reaksi alergi
Hanya sekitar 5 dari 100 anak mengalami alergi terhadap antibiotik. Kebanyakan mengalami kemerahan dan bengkak di kulit. Ruam yang muncul tidak terlalu parah dan lebih disebabkan oleh infeksi virus, bukan karena respon obat. Tapi beritahu dokter ya Bun bila bayi mengalami ruam saat minum antibiotik. Mengatasi ruam dengan obat alergi biasanya tidak perlu dilakukan. Sektiar 1 dari 10 anak mengalami efek samping dari minum antibiotik. Yang paling umum adalah diare, mual, dan sakit perut. Selain menyerang bakteri jahat, antibiotik juga membunuh bakteri sehat di usus. Ini bisa memicu gangguan perut atau diare.
2.      Resistensi antibiotik
Ketika semakin banyak antibiotik yang digunakan, obat tertentu menjadi kurang efektif untuk membunuh bakteri spesifik. Kondisi ini dikenal dengan resistensi antibiotik, dan yang menjadi alasan mengapa dokter lebih hati-hati dalam meresepkan antibiotik.
Seberapa cepat antibiotik bekerja?
Kebanyakan anak sudah merasa lebih baik dalam 48 hingga 72 jam setelah pengobatan, tapi penting untuk memberi obat sesuai waktu yang diresepkan meski anak terlihat membaik. Menghentikan pemberian obat lebih awal bisa menyebabkan infeksi kembali datang. Bila ini terjadi, dokter perlu meresepkan antibiotik yang lebih kuat karena bakteri telah kebal dari obat pertama dan lebih sulit dibasmi.
Cara menghindari penggunaan antibiotik yang berlebihan
Mengontrol penggunaan antibiotik bukan hanya tugas dokter, tapi tugas orangtua juga ya Bun.  Berikut cara Anda bisa menghindari resistensi antibiotik pada anak:
1.      Pahami kalau antibiotik bukan selalu obat untuk penyakit yang diderita anak.  Seberapapun Anda ingin si kecil bebas  dari rasa sakit, tolak keinginan untuk meminta dokter meresepkan antibiotik setiap kali anak mengalami sakit tenggorokan atau batuk.
2.      Menunggu. Bila anak terkena virus, sering kali menunggu jadi obat terbaik. Tanyakan ke dokter apakah pereda rasa sakit bisa membantu meredakan gejala yang muncul.
3.      Bicara. Bila dokter menyarankan antibiotik, tanyakan apakah benar-benar perlu. Pastikan anak memiliki penyakit akibat bakteri yang bisa diatasi bila antibiotik diberikan.
4.      Ikuti instruksi. Bila si kecil butuh antibiotik, ikuti arahan yang diberikan agar obat bisa membunuh infeksi secepat mungkin. Dan selalu habiskan obat meski anak terlihat sudah membaik di pertengahan pemberian obat. Bila berhenti, bakteri jahat masih tetap hidup, membuat anak kembali sakit, dan membutuhkan antibiotik yang lebih kuat.
5.      Selalu gunakan resep baru tiap kali anak sakit. Bila ada antibiotik lama dari penyakit sebelumnya, jangan berikan pada anak. Hanya berikan satu antibiotik yang dokter resepkan untuknya.
6.      Beri anak imunisasi. Beberapa infeksi bakteri yang sangat menular dan berbahaya bisa dicegah dengan vaksin, termasuk pertussis dan penyakit pneumonia. Anda juga perlu divaksin. Bila hamil, pastikan Anda menerima vaksin untuk memberi perlindungan pada janin. Bila orangtua divaksin, penelitian menunjukkan bayi kurang beresiko mengalami infeksi batuk rejan.


No comments:

Post a Comment

Search This Blog

Featured Post

Pasir Kinetik Bandung, Mainan Anak Cerdas