MAINAN ANAK CERDAS

Anak FUN, Bunda Kaya Informasi

LightBlog

Breaking

Saturday, April 1, 2017

DAMPAK NEGATIF MEMBENTAK ANAK

DAMPAK NEGATIF MEMBENTAK ANAK
DAMPAK NEGATIF MEMBENTAK ANAK
Orang tua pasti tidak pernah berencana membentak atau berteriak pada anak, tapi kejadian ini bisa kapanpun terjadi. Sebelum meninggikan suara saat bicara pada si kecil, coba Bunda pikirkan, “Kenapa Anda suka membentak anak?” Mungkin jawabannya karena Anda merasa tidak didengarkan olehnya. Para orang tua kadang tidak menyadari kalau semakin kita berteriak dan membentak agar didengar, semakin anak tidak mau mendengarkan.

Cara Menghindari Membentak Anak
Nah, daripada membentak, coba deh hilangkan kebiasaan ini. Jika sulit, berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi kebiasaan membentak anak:
1. Sesuaikan Ekspektasi Anda
Mungkin Anda pernah mengalami kejadian yang serupa dengan ini: Anda meminta si kecil yang berusia prasekolah untuk membereskan mainannya dan ia selalu menuruti Anda dalam 5 hari berturut-turut. Tapiia lupa melakukan permintaan Bunda di hari ke-6. Hal sepele ini jangan dijadikan alasan untuk membentaknya ya Bun. Ini bisa terjadi karena ia baru berusia 3 tahun, bukan karena ia membangkang. Jadi membentak tak ada gunanya. Anda lebih baik mengetahui apa yang bisa anak seusianya lakukan dengan baik dan sesuaikan ekspektasi Anda dengan kemampuannya.
2. Menjadi Contoh Bagi Anak
Pernah mendengar si kakak yang berusia 10 tahun membentak adiknya dengan kata dan frase yang sama seperti yang sering Anda gunakan? Dari kejadian itu bisa dipastikan kalau anak belajar berkomunikasi pertama kali dan paling banyak dari Bunda dan Ayah. Selalu ingat ya Bun, suatu hari anak akan bicara pada Anda seperti Anda bicara padanya. Jadi biarkan ini menjadi motivasi agar Bunda selalu berusaha untuk menjadi contoh yang baik. Coba ulangi apa yang Anda katakan kepada si kecil lalu bayangkan bagaimana perasaan Anda bila si kecil mengatakan hal yang sama kepada Anda.
3. Kembali Fokus
Anda marah ketika masuk ke dapur dan melihat sepatu berserakan di lantai dan bak cuci piring penuh berisi mainan? Sebelum mulai membentak dan berteriak pada anak, alihkan diri Anda. Gunakan strategi atau benda yang bisa menenangkan Anda, seperti meremas bola mainan atau melihat foto favorit keluarga. Melakukan hal ini bisa mengatasi keinginan untuk membentak dan membantu Anda kembali terkontrol.
4. Keluar Dari Tempat Kejadian
Saat di rumah dan anak melakukan sesuatu yang membuat Bunda marah, coba minta Ayah untuk mengambil alih. Bunda bisa keluar dari ruangan tempat anak mengacaukan sesuatu selama beberapa menit. Biasanya karena Ayah tidak ada di tengah situasi kacau yang anak lakukan, ia jadi lebih baik mengatasinya tanpa membentak dan Anda bisa menenangkan diri. Ini juga berlaku sebaliknya, bila pasangan sudah mulai emosi, Anda bisa ambil alih dan ia menenangkan diri.
5. Biarkan Anak Tahu Kalau Anda Marah
Daripada membentak, tarik nafas dalam lalu katakan, “Sekarang Bunda sangat marah, Nak.” Kadang anak jadi berhenti berperilaku buruk, tapi kadang anak bisa juga berkata, “Aku juga marah, Bun” atau “Bunda nggak boleh marah.” Meski begitu, komunikasi antara Anda dan si kecil sudah terbangun.  Tinggalkan ia beberapa menit untuk menenangkan diri atau dudukkan ia di pangkuan dan katakan, “Ayo kita diam selama beberapa menit sampai kita merasa tenang ya.”
6. Buat batasan waktu
Ketika marah, tidak ada batasan yang jelas kapan semua akan kembali ke kondisi normal. Dengan menetapkan batasan waktu, Anda bisa lebih mengontrol situasi. Ketika Anda mulai marah dan meninggikan suara, katakan “Sekarang Bunnda sangat marah, jadi Bunda akan ke dapur mencuci piring dan menenangkan diri. Kalo Bunda selesai, Bunda akan selesai marahnya.”
Kemungkinan si kecil akan merengek, “Aku nggak mau Bunda marah sama aku.” Katakan dengan tenang, “Bunda tidak marah sama Adek, Bunda masih sayang Ade. Tapi karena Adek nggak mau habisin makan padahal sudah dari tadi Bunda bujuk. Bunda capek  dan butuh waktu untuk tenang. Adek selesaikan makannya ya, Bunda mau ke dapur mencuci piring.” Setelah selesai mencuci piring dan melihat si kecil melakukan apa yang Anda minta, jangan lupa berikan senyuman dan pelukan hangat.
7. Selalu Rendahkan Suara Anda
Jika di saat tidak  marah Anda cenderung meninggikan suara, coba ganti kebiasaan ini. Bila Anda membiasakan diri menggunakan suara yang lebih lembut, kemungkinan membentak akan berkurang. Coba satu trik ini Bun, bicaralah pada anggota keluarga hanya ketika Anda ada di ruang yang sama.
8. Berpikir Seperti Guru
Guru yang baik tidak mempermasalahkan perilaku anak yang keliru tapi menganggapnya sebagai kesempatan untuk belajar. Jadi bila anak meninggalkan wadah es krim kosong di freezer atau menuangkan krayon ke mesin cuci, tanyakan pada diri Anda, “Apa yang ia perlu pelajari dan bagaimana saya mengajarkannya?”
9. Mendekat
Anda pernah membentak saat berada di lantai 2 sedang si kecil ada di bawah tangga? Anak akan dengan mudah mengabaikan Anda. Orang tua sering berkata, “Bunda sudah bilang berkali-kali tapi kamu tidak dengar.” Itu terjadi karena Anda berteriak. Bila anak tidak merespons saat pertama kali Anda memintanya melakukan sesuatu, mendekatlah padanya, curi perhatiannya, lakukan kontak mata, dan bicara tegas tapi lembut.
10. Bayangkan Banyak Orang Mendengar Anda
Bila Anda membentak dan berteriak di dekat jendela yang terbuka, kemungkinan banyak orang bisa mendengar Anda.  Bayangkan bila bos, teman dekat, atau nenek ada di ruangan bersama Anda. Apakah Anda akan membentak mereka? Kita sering memperlakukan orang tersayang lebih buruk dari teman kerja. Jadi coba dengarkan bagaimana suara Anda terdengar bagi orang lain.

Efek membentak pada anak
Bunda, tumbuh di lingkungan yang penuh dengan teriakan dan bentakan bisa mengganggu kesehatan mental. Anak tidak punya pilihan kecuali mendengar bentakan karena ia tidak bisa menghindar. Akan muncul efek jangka panjang dari bentakan dan teriakan orang tua terhadap anak.
1. Rasa Percaya Diri
Tak mungkin terbentuk diri yang sehat bila anak sering dibentak. Rasa percaya diri tumbuh ketika Anda melihat diri sendiri sebagai individu yang bernilai, dihormati, dan dicintai. Pada kebanyakan kasus, anak yang dibentak mengalami kerusakan pada citra diri mereka. Anak yang jadi korban kekerasan verbal jarang melihat diri mereka sebagai individu yang berharga. Anak dengan kondisi ini bisa dibantu mengembangkan rasa percaya diri dengan melibatkan mereka di kegiatan olahraga sekolah di mana mereka bisa memperoleh afirmasi diri.
2. Agresif
Anak yang secara konsisten dibentak hingga usia 4 atau 5 tahun kemungkinan menunjukkan perilaku agresif. Anak mulai bermasalah dalam situasi sosial dengan teman sebaya. Mereka bertindak menyerang, mendorong, memukul, bahkan menggigit. Anak yang sering dibentak perlu diajarkan bagaimana mengontrol kemarahan yang terkumpul dalam diri akibat kekerasan yang mereka alami. Konseling profesional bisa mengatasi perilaku agresif pada anak kecil.
3. Rasa takut
Anak yang dibentak cenderung menjadi penakut. Anak kecil takut oleh suara keras khususnya suara pria yang dalam. Anak yang takut bereaksi pada bentakan dengan bersembunyi, gemetar, atau meringis. Perilaku takut jangka panjang kemungkinan berlanjut bila kekerasan berupa bentakan terus terjadi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Ini bisa membuat anak sulit menjalani pertemanan, juga mengganggu kemampuannya untuk mengatasi konflik sehingga ia menarik diri dari situasi yang sulit, bukan mengatasinya.
4. Masalah konsentrasi

Masalah konsentrasi biasa terjadi pada anak yang dibentak pada jangka waktu panjang. Kurang konsentrasi diakibatkan oleh kekerasan emosional. Kesulitan ini biasanya jadi masalah di sekolah, terutama di kelas atas di mana anak diharapkan bisa berkonsentrasi untuk waktu yang lama. Perhatian individu dari guru bisa membantu memperbaiki kondisi ini.

No comments:

Post a Comment

Search This Blog

Featured Post

Pasir Kinetik Bandung, Mainan Anak Cerdas